Read more: http://infosinta.blogspot.com/2012/04/cara-unik-agar-potingan-di-blog-tidak.html#ixzz2GZmIiVYI Garis Samboeng: Ini Kuliahku, kuliahmu?

Páginas

Minggu, 15 Juni 2014

Ini Kuliahku, kuliahmu?

Ini subjektif!!sekadar berbagi opini.Protes kecil yang sedikit ngawur, sensitif, sarkastik dan nanggung berdasarkan idealisme serta super ego manusia yang bernama fikri. 


"Ilmu pengetahuan, Tuan-tuan, betapa pun tingginya, dia tidak berpribadi. Sehebat-hebatnya mesin, dibikin oleh sehebat-hebat manusia dia pun tidak berpribadi. Tetapi sesederhana-sederhana cerita yang ditulis, dia mewakili pribadi individu atau malahan bisa juga bangsanya. Kan begitu Tuan Jenderal?" (Jejak Langkah, h. 32) ― Pramoedya Ananta Toer


Banyak mahasiswa yang membebani hidup mereka dengan menanamkan prinsip "IPK 4,00" dalam dunia kampus. Sejujurnya saya iri dengan mereka yang mempunyai IPK begitu besar. Tapi, tak sedikit pula pertanyaan-pertanyaan muncul dalam pikiran saya. Penasaran berkecamuk dalam benak. "Kok bisa?", "Bagaimana cara mereka (para mahasiswa yang memiliki IPK besar) belajar?", "apakah hasil yang mereka dapat, murni hasil mereka sendiri?", dll. Namun, terlepas dari semua pertanyaan-pertanyaan itu, saya berpendapat, bahwa. Nikmatilah hidup di kampus ini. bukan berarti (terlalu) santai untuk kuliah.


kembali muncul pertanyaan 


"atau mereka manusia biasa? hanya saja mereka pintar  menaruh strategi dengan belajar di penghujung semster? toh, aspek  yang (biasanya) dosen liat untuk memberikan angka mutu tersebut hanya berdasarkan dua aspek (saja) UTS dan UAS."


So taunya saya, ada 3 aspek penting yang menjadi dasar bagi seorang guru atau dosen dalam meberikan penilaian untuk peserta didiknya.


Menurut Sudjana (2006:23), ranah kognitif merupakan hasil belajar yang berhubungan dengan kemampuan intelektual. Ranah kognitif meliput enam aspek, yakni 1) pengetahuan atau ingatan (knowledge), 2) pemahaman, 3) aplikasi, 4) analisis, 5) sintesis, dan evaluasi. Aspek pengetahuan dan pemahaman merupakan kognitif tingkat rendah, sedangkan aspek aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi termasuk kognitif tingkat tinggi. Ranah afektif terdiri diri dari lima aspek, yaitu 1) penerimaan, 2) jawaban atau reaksi, 3) penilaian, 4) organisasi, dan 5) internalisasi. Sedangkan ranah psikomotoris berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak, yang meliputi enam aspek, yaitu 1) gerakan refleks, 2) keterampilan derak dasar, 3) kemampuan perseprtual, 4) keharmonisan atau ketepatan, 5) gerakan keterampilan kompleks, dan 6) gerakan ekspresif dan interpretatif. 


Tambahan dari saya, selain itu, ada beberapa unsur tambahan yang menjadi bahan penilaian dosen (terutama) dalam memberikan nilai terhadap mahasiswanya. mungkin semua telah mengenal dengan pembagian seperti ini, 20% absensi, 40% UTS, dan 40% UAS atau 10% absensi, 10% kuis, 30% UTS, 50% UAS, dll..ah belibet juga ya klo berdasarkan teori yang ada. pusing abi ge, tapi da gmna, greget! haha. 


kembali ke inti persoalan. Lalu muncul pertanyaan, "Apakah, penilaian yang kita dapat berdasarkan aspek-aspek tersebut?" 


Diantara ranah kognitif, afektif, dan psikomotoris, maka ranah kognitif paling banyak digunakan oleh guru dalam pembelajaran di sekolah. Hal ini, karena ranah kognitif berkaitan dengan kemampuan siswa dalam menguasai isi bahan pengajaran. Hasil belajar aspek pengetahuan termasuk tingkat kognitif yang paling rendah, meliputi pengetahuan faktual dan pengetahuan hafalan atau untuk diingat. Namun, tipe hasil belajar pengetahuan menjadi prasarat bagi pemahaman. Nah, hal inilah yang mungkin menjadi alasan kuat mengapa dosen memberikan persentase nilai yang lebih besar pada UTS dan UAS


Tapi ya,prinsip saya dalam hidup di dunia kampus ini hanya "berapapun IPKmu fik, namun  Ilmu lah yang paling penting. Bagaimana kamu bisa memahami ilmu tersebut dan membaginya kembali, merupakan hal luar biasa yang kamu dapat. Mungkin yang lain lebih pintar darimu dalam mendapatkan nilai, tapi diri ini tau, aku lebih cerdas daripada mereka dalam memanfaatkan ilmu yang kudapat, untuk menjadi nilai yang lebih berharga dari sekadar angka yang bernama IPK."

1 komentar:

  1. angka tdk bisa menilai seseorang, sehrsnya sistem pendidikan berubah, menilai dgn karya bkn dgn sekadar angka

    BalasHapus