Sudah sangat lama aku
mengira-ngira dengan pasti, mimpi buruk itu lambat laun, akan mengusik hidupku
yang tak banyak warna warni. Potret kecil hitam putih kehidupan yang monoton.
Dan kini akan semakin hitam,kelam.
‘kenapa?’
‘apa
yang salah dari keluarga sederhana ini?’
‘dosa
besar apa yang telah diperbuat keluarga kecil ini kepadaMu?’
‘apakah
ini suatu yang terbaik untuk kami menurutMu?’
‘apa
di akhir ini,suatu yang indah akan datang untuk masing-masing dari kami?
‘apa
yang kau inginkan dari kami?’
‘Kau
tak salah menjatuhkan takdir kan?’ ah…. aku percaya bahwa Kau tak pernah salah.
Lalu kenapa??kenapa?
ku
relakan Kau memisahkan ayah dan ibuku. karenaMu
merindukan
cerita-cerita kecil dari keluarga ini.
dan
aku pasti akan sangat merindukkan keluarga kecil ini bersatu kembali.
dan
aku selalu bersimpuh kepadaMu untuk keluarga ini.
Hidupku
ini hanya sebuah serpihan cerita kecil dari ribuan,bahkan ratus ribuan cerita
kecil lainnya. Cerita kecil, yang orang pandang dengan sebelah mata tapi begitu
menyesakkan dada,membuat jantung ini sejenak berhenti berdetak, membuat air
mata ini menetes tak terbendung.
Aku
memang seorang laki-laki. Ya! Laki – laki! kau tak salah membacanya, matamu
masih benar-benar normal kan?! Aku laki-laki yang masih memiliki hati,nurani
serta air mata. Aku bukan robot yang yang tak pernah merasa sakit,ketika
makhluk lain sejenisku menyakiti, aku bukan robot yang tak memiliki nurani yang
tak peduli akan kehidupan, aku bukan robot yang tak mampu menangis. Air mata
adalah satu-satunya cara bagaimana mata berbicara ketika bibir tak mampu
menjelaskan apa yang telah membuat perasaanku terluka. Apakah itu suatu masalah
untukmu? Melihat seorang pria menangis, tersedu-sedu,meratapi kehidupannya yang
hancur lebur, bagaikan gubuk reyot yang di terjang bom molotov? Betapa
hancurnya.
Senja
kelabu…
Langit
mengencingi seroja tak ada habisnya. Sejak siang, hujan rintik dan tidak juga
membesar. Hingga malam menyeret bulan tuk keluar dari singgah sanahnya.
Malam
itu…malam yang membuat degup jantung ini berdetak 2x lipat dari biasanya, dia
memanggilku, ingin bicara 4 mata. Degup jantungku makin tak karuan. Aku duduk
di sofa ruang keluarga, begitupun dengan dia. Suasana di ruangan iu menjadi
begitu hening. Tak lama kemudian beliau bercerita akan kisah hidupnya dan
tentang keluarga ini. Suaranya parau, dan air matanya tumpah. Aku terpaku
mendengarnya. Nafasku sekaan terhenti. Tak cukup sampai situ, kata-kata itu
seakan mencabik-cabik hati dan batinku. Aku masih tak percaya akan apa yang Ia
ceritakan. Benarkah? sekilat aku berlagak tegar,tapi kata-kata itu masih
terngiang di kepalaku dan ribuan pertanyaan dengan cepat, masuk ke ubun-ubunku.
musim
penghujan telah berganti. Kekecewaan itu masih saja menyelimuti hati. dan aku
masih selalu bertanya dengan pertanyaan yang sama padaNya. Kenapa?
Aku
yang selalu menerima apapun takdirMu,apapun cobaanMu,semua kiamat sugraMu. Aku
yang tak pernah meminta lebih dari doa,hanya agar keluarga ini bahagia,barokah,
sakinah dan mawadah. Apaah aku terlalu berlebihan dalam menginginkan ssesuatu
untuk keluargaku?keluarga kecil dan sederhana ini? Apa karena dia??atau
dia??Atau dosaku yang terlampau banyak hingga Kau sulit tuk mengampuni seala
dosaku? Tidak.. aku hingga saat ini masih meyakini bahwa Kau adalah Yang Maha
Pengampun hambanya.
Pertanyaan-pertanyaan
penasaran itulah yang selalu berlari-lari kecil, berputar 13 kali mengelilingi
otak di setiap lamunanku.
Dengan berat hati, aku menerima
semua takdirku, aku yang selalu mempercataiMu bahwa Kau memiliki cerita indah
di balik ini, aku percaya padaMu bahwa Kau tau apa yang terbaik untuk kami
versimu.
Kini
kurelakkan Kau memisahkan kami,sebuah keluarga kecil, yang di bangun dengan
pengorbanan yang besar.
aku
akan selalu merindukkan keluarga kecil ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar